Berhijab sudah menjadi komitmen ku sejak aku SMP kelas 2. Sebenarnya proses untuk memutuskan berhijab ini sudah dimulai sejak aku TK. Sejak TK aku sudah dimasukkan ortuku ke TPA, waktu itu nama TPA nya Muhammadiyah 8. Berhubung sekolah TPA nya hanya sore saja, jadi aku menggunakan hijabku hanya dikala sore hari datang saja. Meskipun Ibuku tidak berhijab, tetapi beliau sangat menginginkan anaknya menggunakan hijab. Sering sekali Ibuku memameriku dengan mengatakan “Subhanallah… lihatlah mbak yang pake hijab itu.. cantik ya dek???” atau “wahhh… hijab sekarang bagus2 ya dek??? Adek g pengen pake hijab???”. Dan waktu itu aku masih bimbang antara ya dan tidak.
Sekolah di TPA ini bertahan sampai aku kelas 5 SD, karena di kelas 6 SD aku harus focus untuk ujian nasional ku agar aku dapat masuk di SMP favorit. Jadi tepatnya saat kenaikan kelas 6 SD, aku sudah wisuda dari TPA ku. Dan itu pula masa akhir ku untuk berhijab waktu itu.
Masuk di SMP aku masih ingin bergaya seperti anak2 SMP yang ada di sinetron2 di televisi. Berangkat sekolah dengan rambut dikuncir, diikat model ini, model itu, dan alhasil aku masih memutuskan untuk tidak berhijab.
Kemudian waktu berlalu hingga aku duduk di kelas 2 SMP. Waktu itu aku masih ingat sekali hari itu tepat hari kamis dan ada acara di sekolah, jadi karena guru2 rapat maka siswa2 nya dipulangkan lebih awal. Nah sesampainya dirumah aku melihat Bapak ku yang sedang menonton berita seriuuuuuusss banget, aku jadi penasaran ingin nimbrung dan ikutlah aku menonton berita itu. Ternyata eh ternyata berita yang aku lihat ini adalah tentang pemerkosaan terhadap anak SMP, dan dalam berita itu juga dipaparkan alasan mengapa tersangka tega memerkosa gadis yang masih SMP tersebut. “Astaghfirullah…” seketika aku menangis dan lari ke pengkuan Ibuku.
“Bu….. aku mulai besok mau berhijab, aku nggak mau badanku dan rambutku dilihat oleh pria seperti yang di berita itu, aku takut bu”. Dan kalimat yang keluar dari Ibuku saat itu adalah “Subhanallah…Alhamdulillah… Ia dek,, kamu itu perempuan, kamu itu cantik,.. Jadi kecantikan itu sebaiknya dijaga, disembunyikan dengan berhijab. InsyaAllah aman”. Sesaat setelah itu Ibuku langsung beranjak dari tempat duduk dan bilang ke Bapak ku “Mas,… ayo aku diantarkan ke pasar buat beli kain seragamnya Dhona”.
“Bu….. aku mulai besok mau berhijab, aku nggak mau badanku dan rambutku dilihat oleh pria seperti yang di berita itu, aku takut bu”. Dan kalimat yang keluar dari Ibuku saat itu adalah “Subhanallah…Alhamdulillah… Ia dek,, kamu itu perempuan, kamu itu cantik,.. Jadi kecantikan itu sebaiknya dijaga, disembunyikan dengan berhijab. InsyaAllah aman”. Sesaat setelah itu Ibuku langsung beranjak dari tempat duduk dan bilang ke Bapak ku “Mas,… ayo aku diantarkan ke pasar buat beli kain seragamnya Dhona”.
Alhamdulillah…. Sepertiny semua sudah rencana Allah. Dan akhirnya tepat tanggal 13 Agustus 2004 aku sudah memutuskan, membulatkan komitmen untuk berhijab.
Kemudian tak lama setelah aku berhijab, mungkin 2 bulan setelah itu aku sempat sakit, jadi harus antar jemput oleh kakak ku. Dan satu lagi kejadian yang tidak terlupa adalah saat kakaku menjemputku pulang dari sekolah. Sambil dibonceng naik sepeda motor, waktu itu kita berhenti karena lampu merah. Secara tidak sengaja aku melihat ke arah orang yang berjualan majalah. Disitu di pamerkan majalah2 dengan model cover seorang wanita seksi dengan baju yang teramat minim, dan tepat juga waktu itu ada seorang pembeli yang membeli majalah tersebut. Aku dan kakaku melihat pembeli itu mengeluarkan uang 10.000 rupiah dari dompetnya, dan itupun masih ada kembaliannya. Spontan kakakku yang juga melihat kejadian itu langsung ngomong ke arahku “kasihan ya.. wanita itu hanya di hargai dengan uang 10.000 rupiah, masih ada kembaliannya pula. Beruntunglah kamu dik yang sudah terlihat lebih cantik dengan balutan hijabmu, kamu jaaaaaaauuuuuhhh lebih dan lebih mahal dari wanita2 itu”. Tiba2 lampu hijau, jadi perbincangan tadi terputus deh. Terus sampai rumah aku menceritakan apa yang aku lihat tadi ke nenekku. Kemudian almarhum nenekku yang juga berhijab itu menjawab “Bener kata Mas mu, kamu memang sangat jaaauuuuhhh lebih mahal, bagaimana tidak, orang laki2 yang ingin melihat rambutmu saja harus bayar MAHAR, minta izin ke Bapak Ibuk mu dulu, dan berjanji di hadapan Allah untuk menerima tanggung jawab atas apa yang terjadi pada dirimu, begitu mahal sekali kan itu ndukk????”. Subhanallah… benar sekali nenek ku ini. Tidak pernah menyesal aku memutuskan untuk menggunakan hijab ku sejak usia ku masih dini.
Semoga Allah selalu menjaga aku untuk selalu menjaga komitmenku dalam berhijab ini. Aamiin…
2 komentar:
asssiiikkk....
siapa tuh mbak, yang harus minta izin ke Bapak Ibuk dulu kalau mau bayar maharnya?? :-D
udah ada ya mbak? siapa, siapa mbak?
"Rima"
ehhhmmm... mau tau aja apa mau tau bangetttt??? hahahaha
hahahaha..
belom ada dekkk rima... insyaAllah yang terbaik masih disimpan Allah, namanya masih tertata rapi di Lauhul mahfudz....
doakan y??? ^.^
Posting Komentar