Keterbatasan Ketersediaan Hara Bagi Tanaman Jagung


A.    Hasil Produksi Potensial Tanaman Jagung




 
 
B.     Kebutuhan Jumlah Hara Tanaman Jagung
Setiap tanaman selalu memerlukan unsur hara (atau Pupuk) yang lengkap sesuai kebutuhannya, sebagai gambaran ada penelitian, ternyata:
1.    Kebutuhan N untuk beberapa tanaman :
Tanaman
Hasil
Berat total N yang diserap ( kg )
Konversi ke kg Urea   ( 46 % N )
Jagung
5638 l
469,67
1021
2.      Kebutuhan P untuk beberapa tanaman :
Tanaman
Hasil
Berat total P2O5 yang diserap ( kg )
Konversi ke kg SP 36   ( 36 % P2O5 )
Jagung
5638 l
41,3
114,7
3.      Kalium yang diserap oleh beberapa tanaman :
Tanaman
Hasil
Berat total K2O yang diserap ( kg )
Konversi ke kg KCL   ( 60 % N )
Jagung
5638 l
97
162
Sumber : Tisdale, et.al ( 1985 ).

C.    Defisiensi Hara Pada Tanaman Jagung
1.                Defisiensi N
Tanaman jagung yang mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman jagung kekurangan atau defisiensi (kahat) N maka daun akan menguning ( klorosis ), karena kekurangan N dimulai dari daun-daun yang tua dan akan terus ke daun muda apabila kekurangan N terus berlanjut. Kejadian ini menunjukkan bahwa N dalam tanaman bersifat mobil artinya apabila kekurangan N maka N dalam jaringan tua akan dimobilisasi ke jaringan muda ( titik tumbuh ) sehingga pada jaringan tua klorosis sedangkan pada jaringan muda / titik tumbuh masih hijau. Pigmen hijau dalam klorofil menyerap energy matahari sangat pentig dalam awal akativitas fotosintesis. Klorofil membantu pembentukan gula sederhana dari unsure C, H, dan O yang selanjutnhya dari gula tersebut akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pertumbuhan tanaman jagung lambat, lemah, kerdil, bisa disebabkan karena kahat N. Defisiensi N juga dapat meningkatkan kadar air biji dan menurunkan produksi dan kualitas. Batas kritis yaitu batas dimana kadar N total tanah atau tanaman bisa menyebabkan penurunan produksi sekitar 7-10 % dari hasil maksimum tanaman. Batas kritis tanaman tersebut apabila didekati dengan metode kurva kontinyu adalah sebagai berikut :
a.       Kelas N sangat sedang     :  < 0,07 %
b.      Kelas N rendah                 : 0,07-0,11 %
c.       Kelas N sedang                 : > 0,11 %
Apabila N tersedia didalam tanah hanya atau sebagian besar dalam bentuk ammonium dapat menyebabkan keracunan pada tanaman dan akhirnya dapat mengakibatkan jaringan vascular pecah dan berakibat pada terhambatnya serapan air. Gejala kekurangan Ca dapat terjadi apabila sumber N tersedia dalam bentuk ammonium. Demikian juga kekurangan karbohidrat dapat terjadi sehingga pertumbuhan tanaman terhambat apabila kelebihan ammonium.


         2.    Defisiensi  Fosfor
Fosfor ( P ) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman jagung. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energy, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Oleh karena itu P dibutuhkan tanaman cukup besar maka disebut unsur hara makro. Pada umumnya kadar P di dalam tanaman di bawah N dan K. Di dalam tanah P terdapat dalam berbagai bentuk persenyawaan yang sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman. Sebagian besar pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak dapat digunakan tanaman karena bereaksi dengan bahan tamah lainnya sehingga tidak dapat digunakan tanaman. Sehingga nilai efisiensi pemupukkan P pada umumnya rendah hingga sangat rendah.
Pada umumnya lahan kering masam didominasi oleh tanah Ultisol, yang dicirikan oleh kapasitas tukar kation (KTK) dan kemampuan memegang/menyimpan air yang rendah, tetapi kadar Al dan Mn tinggi. Oleh karena itu, kesuburan tanah Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kadar bahan organik pada lapisan atas, dan bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin hara dan bahan organik. Di samping itu, kekahatan fosfor merupakan salah satu kendala terpenting bagi usaha tani budidaya tanaman jagun di lahan masam. Hal ini karena sebagian besar koloid dan mineral tanah yang terkandung dalam tanah Ultisol mempunyai kemampuan menyemat fosfat cukup tinggi, sehingga sebagian besar fosfat dalam keadaan tersemat oleh Al dan Fe, tidak tersedia bagi tanaman maupun biota tanah
 Gejala defisiensi :
Tanda atau gejala pertama tanaman kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil. Bentuk daun tidak normal dan apabila defisiensi akut ada bagian daun, buah, dan batang mati. Daun tua akan terpengaruh lebih dulu dibandingkan dengan daun muda. Wara ungu atau kemerahan menunjukkan adanya akumulasi gula yang sering ditunjukkan oleh tanaman jagung dan beberapa tanaman lainnya yang kekurangan P. Defisiensi P juga dapat menyebabkan penundaan  kemasakkan. Tanaman biji-bijian yang tumbuh dalam tanah yang kurang P menyebabkan pengisian biji berkurang.
Secara visual kekurangan P, selain tanaman kerdil dan hasil menurun, tidak sejelas apabila dibandingkan pada gejala yang ditimbulkan oleh unsure N dan K. Defisiensi P sulit dideteksi pada sebagian besar tanaman. Pada beberapa fase pertumbuhan, defisiensi P dapat menyebabkan tanaman kelihatan tumbuh gelap dan dapat menyebabkan daun tanaman menguning, khususnya pada daun tua karena unsur P dalam tanaman bersifat mobil.
 
 .                       3.    Definis Kalium
Kalium merupakan unsur hara esensial tanaman. Bahkan semua makhluk hidup juga membutuhkan kalium. Tidak ada unsure lain yang dapat menggantikan funsi spesifinya dalam tanaman dan merupakan salah satu unsure dari 3 unsur makro utama selain N dan P. Sebagian tanaman mengandung K hampir sama dengan N dan P. Kalium di dalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi sekitar 1,7-2,7 % dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K dalam tanaman berfungsi sebagai activator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolism  untuk tanaman. Jumlah K yang diserap beberapa tanaman untuk menghasilkan produksi tertentu. Banyak kejadian menunjukkan bahwa Na dapat menggantikan sebagian K dan berpengaruh pada pertumbuhan beberapa tanaman. Besarnya pergantian K oleh Na tergantung spesies tanaman akan tetapi sudah terbukti bahwa ada hubungannya positif antara Na dengan serapan dan translokasinya ke bagian tanaman di atas tanah ( shoot ). Fugsi K di dalam vakuola dapat mempengaruhi tekanan osmotic, dapat diganti sejumlah Na, hal ini bisa terjadi karean fungsinya non-spesifik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian N dosis rendah, K dan Na dapat menurunkan gula reduksi akan tetapi meningkatkan fruktosa. Pengaruh K dalam meningkatkan fruktosa lebih besar dibandingkan Na akan tetapi pemberian Na dan K memberikan peningkatan dasar fruktosa paling tinggi.
Gejala defisiensi pada tanaman :
Gejala kekurangan K banyak ditunjukkan dengan beberapa cara / penampilan. Gejala yang paling menonjol adalah tanda terbakarnya daun yang dimulai dari ujung atau pinggir. Gejala ini tampak dimulai dari daun yang lebih tua dan juga menunjukkan bahwa gejala secara visual defisiensi  K pada tanaman adalah bercak-bercak nekrotik berwarna cokelat pada daun dan batang yang tua. Berdasarkan studi anatomi dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat bahwa titik-titik nekrotik dimulai dengan rusaknya ( collapse ) sel pada ;lapisan luar. Sedangkan dengan menggunakan elektromikroskop diketahui adanya kerusakan struktur kloroplas dan pecahnya mitokondria. Tanaman kekurangan K menunjukkan pertumbuhan yang terhambat. Sistem perakaran tanaman jelek atau terhambat. Batang tanaman menjadi lemah. Biji dan buah kecil dan mempunyai bentuk tidak normal, hali ini disebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Dalam hubungannya dengan fisiologi tanaman, kekurangan K dapat menyebabkan akumulasi karbohidratdapat larut dan gula reduksi, sintesa glikogen dan pati terhambat akumulasi asam-asam amino, sintesis protein terhambat, pemanfattan subtract respirasi terhambat, kecepatan oksidasi fosforilasi dan fotofosforilasi menurun. Sehingga apabila disimpulkan bahwa defisiensi K dalam tanaman erat hubungannya dengan metabolism N dan karbohidrat.
Hasil penelitian dengan menggunakan adenosine difosfat ( ADP ) sebagai indicator sintesis pati dalam jaringan beberapa tanaman untuk menunjukkan fungsi K dalam sintesis pati. Makin tinggi konsentrasi K ( KCL ) yang diberikan makin tinggi pula aktivitas enzim dalam pembentukkan pati.



 

D.    Upaya untuk mengatasi keterbatasan unsur hara
Ø Pemberian pupuk organik dan anorganik, pengapuran, pemberian pupuk hayati
1.   Defisiensi N
Pengelolaan tanah-tanah mineral masam untuk kepentingan pertanian dalam budidaya jagung menghadapi kendala pH yang rendah, keracunan Al, Mn, dan/atau Fe, serta kekahatan unsur-unsur hara penting seperti N, P, Ca, dan atau Mg dan Mo . Upaya untuk mengatasi persoalan kesuburan tanah-tanah masam adalah dengan mengkombinasikan antara praktek usaha tani dengan penerapan bioteknologi tanah yang menekankan pada komponen mengamankan suplai N di dalam sistem tanah-tanaman dengan pengayaan fiksasi N2 secara biologis (Notohadiprawiro, 1990). Teknologi ini mencakup segala upaya untuk memanipulasi jasad renik dalam tanah dan proses metabolik mereka untuk mengoptimumkan produktivitas pertanaman.
Selain menggunakan penerapan bioteknologi tanah yang menekankan pada komponen mengamankan suplai N juga dapat dilakukan dalam hal pengelolaannya untuk pertanaman secara teknis, terdapat dua pendekatan pokok yakni pemilihan jenis komoditas atau varietas yang adaptif serta perbaikan kesuburan tanah dengan ameliorasi dan pemupukan.

2.   Defisiensi P
Salah satu kegiatan reklamasi lahan untuk memperbaiki atau memulihkan kembali tanah –tanah yang tidak subur agar secara optimal dapat mendukung pertumbuhan tanaman adalah dengan penambahan amelioran seperti pemberian kapur pertanian. Secara tidak langsung kapur dapat mengurangi keracunan Al, meningkatkan ketersediaan P, meningkatkan pH tanah dan secara langsung kapur dapat meningkatkan ketersediaan hara Ca.
Kapur berfungsi memantapkan stabilitas tanah, tetapi daya kerjanya lebih cepat dari pada kerja bahan organik. Kelemahannya adalah bila tanah berkualitas rendah, yang ditandai dengan tingkat kesuburan rendah, maka dengan pengapuran saja hanya memungkinkan pertumbuhan tanaman yang normal. Sebaliknya penggunaan bahan organik tanpa didahului dengan pengapuran menghasilkan pemantapan stabilitas tanah secara lambat, tetapi dampak positifnya berlangsung jangka panjang. Oleh karena itu pengapuran pada tanah masam sebaiknya diikuti dengan pemberian pupuk organik agar stabilitas tanah terjaga dan pertumbuhan serta produksi tanaman akan terjamin.
Salah satu upaya lainuntuk perbaikan adalah perlakuan bakteri pelarut fosfat (BPF) yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung pada tanah masam. Pemanfaatan mikrobia pelarut fosfat dan mikoriza untuk perbaikan fosfor tersedia, serapan fosfor tanah masam dan hasil jagung. Ataupun dengan mengkombinasikan antara pupuk kandang dengan bakteri pelarut fosfat. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri pelarut fospat dapat meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Penggunaan pupuk hayati berupa inokulan bakteri fospat dengan tanpa pemberian pupuk TSP dapat meningkatkan hasil jagung yang setara dengan pemberian TSP.
Asosiasi simbiotik anatara jamur dan sistem perakaran tanaman tinggi diistilahkan dengan mikoriza. Dalam fenomena ini jamur menginfeksi dan mengkoloni akar tanpa menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi jamur patogen, dan mendapat pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman. Asosiasi ini akan dapat meningkatan ketersediaan hara P dan lainnya serta meningkatkan serapannya. MVA membantu pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki ketersediaan hara fosfor dan melindungi perakaran dari serangan patogen
Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air.
3.   Defisiensi K
Kekahatan kalium merupakan kendala yang sangat penting dan sering terjadi di tanah Ultisol. Masalah tersebut erat kaitannya dengan bahan induk tanah yang miskin K, hara kalium yang mudah tercuci karena KTK tanah rendah, dan curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah sehingga K banyak yang tercuci. Upaya untuk meningkatkan produksi kedelai di tanah masam dapat dilakukan melalui pengelolaan tanaman yang sesuai dan manipulasi tanah yang tepat. Pemupukan kalium memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produksi kedelai di tanah Ultisol. Hara kalium merupakan hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P

Ø Pengelolaan tanah yang berazas peningkatan kesuburan tanah dan melakukan tindakan konservasi tanah dan air
  Apabila dihadapkan pada kondisi tanah masam, ketersediaan hara rendah, bahan organik tanah rendah, dan tanah memiliki slope tertentu serta berada pada daerah dengan intensitas hujan tinggi, maka secara teknik pengolahan tanah yang dilakukan harus berprinsip peningkatan kesuburan tanah dan adanya pelaksanaan konservasi tanah dan air.
Pada prinsipnya untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan tanah dapat dilakukan teknik pengelolaan tanah secara mekanik dan vegetatif. Secara mekanik pembuatan teras misalnya teras gulud, teras bangku atau teras individu dan pembuatan saluran drainase. Sedangkan secara vegetatif adalah penerapan pola tanam yang menutup permukaan tanah sepanjang tahun baik dengan hijauan maupun vegetasi misalnya dengan pergiliran tanaman , tumpang sari atau penanaman budidaya lorong.
Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usahatani secara berkelanjutan.
Pergiliran tanaman atau tanam berurutan adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah selama satu tahun; tanaman musim kedua ditanam sebelum panen tanaman musim pertama. Contohnya adalah tumpang gilir antara tanaman jagung yang ditanam pada awal musim hujan dan kacang tanah yang ditanam beberapa minggu sebelum panen jagung. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas penggunaan lahan dan menjaga agar permukaan tanah selalu tertutup tanaman. Selain itu, sistem ini juga dimaksudkan untuk mempercepat penanaman tanaman pada musim kedua, sehingga masih mendapatkan air hujan dengan jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan produksinya.
Tanam bersisipan atau tumpang sari adalah sistem penanaman lebih dari satu macam tanaman pada lahan yang sama secara simultan, dengan umur tanaman yang relatif sama dan diatur dalam barisan atau kumpulan barisan secara berselang-seling seperi: padi gogo + jagung - jagung + kacang tanah. Pada musim pertama di awal musim hujan, padi gogo ditanam secara tumpang sari dengan jagung.
Menambah tanaman penguat teras,tanaman yang memenuhi syarat sebagai penguat teras adalah:
a. Mempunyai sistem perakaran intensif, sehingga mampu mengikat air.
b. Tahan pangkas sehingga tidak menaungi tanaman utama.
c. Bermanfaat dalam menyuburkan tanah maupun sebagai penghasil makanan ternak.
Tanaman penguat teras yang dianjurkan ditanam antara lain lamtorogung, gamal, akasia, kaliandra, rumput gajah dan rumput benggala.


    DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2010. http://gefendi.blogspot.com/2010/03/p-u-p-u-k.html. Diakses tanggal 20 Oktober
Anonymous.2010. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/pub/2010/F10-4.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober